it's me

Kamis, 15 Desember 2016

Saat ku raih gelar Master ku "Nurul Istiq'faroh, M.Pd."

Kilas balik perjuanganku mendapatkan gelar Master pendidikan.
 
Apa yang aku peroleh sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Keringatku, lelahku, tangisku, tawaku, semangatku, terbayar tepat tanggal 25 Juli 2015..
Tanggal itu begitu istimewa, bagaimana tidak..tepat tanggal itulah aku dilahirkan..
Yaaaa!..Tepat tanggal itu usiaku menginjak umur 24tahun. Usia yang matang kata orang..
Banyak ucapan via SMS, BBM dan Facebook "Happy graduation and Happy Birth Day Nurul"..
Saat itu aku belum punya Hp Android, jadi tidak ada akses WA ataupun Instagram..
Bisa dikatakan Hp ku lumayan jadul, karna masih pakai Hp Blackbarry dan Nokia 3230.. 
Hp itu tetap aku pakai karna menghargai pemberian bapak.. 
Hp Nokia 3230 dibelikan bapak saat SMA kelas 2 dan Hp Blackbarry dibelikan bapak saat kuliah S1 semester 6.. Hp itu aku pakai sampai aku bekerja menjadi dosen..
Diketawai mahasiswa, itu sudah hal yang wajar..
Saya bersyukur hidup dalam lingkungan keluarga yang sederhana, yang selalu menjunjung tinggi filosofi Jawa "Nrimo Ing Pandum"

Saat wisuda itu..
Banyak ucapan datang dari teman, keluarga, mahasiswa, dan rekan dosen..
Amat bahagia.. Dan sangat indah untuk dikenang.
Masa studi ku 1 tahun 9 bulan.. Lulusan pertama mahasiswa pascasarjana UNESA pendidikan dasar angkatan 2013 (Program Reguler) dan menyandang predikat Cumloade..
Apakah selama kuliah perjalanan kuliah ku mulus-mulus saja?
Jawabannya Tidak.
Banyak sedihnya atau banyak bahagianya?
Jawabannya Indah jika disetai rasa Syukur. Pahit jika berkeluh kesah.
Prestasi itu diraih dengan cara apa?
Jawabannya Usaha dan Doa (secara maksimal bukan standart atau diatas rata-rata)

***

Sedikit saya cerita tentang kehidupan saya saat mengenyam pendidikan S2 di Universitas Negeri Surabaya. Yang mungkin bisa memotivasi para pembaca.
Saat saya kuliah, keinginan untuk terus meningkatkan kualitas hidup terus tumbuh..
Apa yang bisa saya lakukan dengan waktu luang ini?
Sepertinya boros sekali kalau waktu hanya digunakan untuk kuliah-pulang-tidur-belajar..

Hingga terbesit dalam benak ku untuk mengikuti kursus menjahit lagi..
Ku utarakan pada keluarga kalau aku ingin kursus jahit lagi, seperti saat S1 dulu..
Kali ini benar-benar ingin mendalami teori dan prakteknya, bukan sekedar kursus saat hari libur saja..
Menginjak semester 1 saat menjadi mahasiswa baru (MaBa) UNESA, aku mulai mendalami teori dan praktek menjahit di lembaga Al-Anis..
Tidak hanya kursus menjahit saja, tetapi kursus membuat tas, membordir, dan sulam pita..
Apa semuanya lulus? Tidak.
Yang sampai ujian negara dan Lulus dengan nilai 87 hanya les menjahit saja.
Guru yang amat berjasa yaitu Bu Usnaini, biasanya aku panggil "Bu Us kadang Mama Us"
Beliau yang memberi banyak motivasi untuk tetap semangat menjahit, karna kunci sukses menjahit itu cuma dua "Sabar dan Telaten"
Memang benar, menjahit itu bagaikan mediasi perlu mengontrol emosi untuk memainkan mesin dan mengkoordinasi otak agar tetap sejajar dengan kain dan benang.
Ku kayuh sepedaku saat kursus menjahit, jarak dari rumah cukup jauh melewati sawah dan rumah penduduk, karna sepeda Honda Supra X (Keluaran Lama) dipakai adek untuk sekolah.
Jawdawl menjahit setiap pagi, berangkat pukul 9 sampai jam 12. Jika ada kuliah, kursus menjahit bisa diganti malam hari.

Bu Us yang memotivasiku untuk selalu semangat, beliau lulusan SD tapi nasihatnya begitu bijak dan ilmunya setara dengan professor.
Kadang kala ku panggil dia dengan Prof Us..hehe
"Mbak Nurul jangan hanya ilmu pengetahuan aja yang digali tapi keterampilan itu juga penting, apalagi menjahit, mbak nurul hidup di gunung bisa makan asal ada mesin jahit, karna menjahit tidak akan ada habisnya, ini yang Bu Us alami sampai saat ini"
Bu Us suka bercerita tentang pengalamannya saat masa muda nya, saat jatuh bangun dan bangkit kembali.
Sungguh super sekali Bu Us.. Semoga beliau selalu diberi kesehatan tiada tara di umur 55 tahun ini.. Amin..

Semester satu, aku sudah membawa meteran saat kuliah..
"Ini meteran harus selalu mbak nurul bawa, kalao dokter membawa stetoskop kalo mbak nurul wajib membawa meteran"
Meteran biru dengan harga 1.500 rupiah selalu aku sisipkan ditempat pensil. Pelan-pelan teman-teman tau kalo aku penjahit. Kadang aku cerita kalo aku bisa menjahit baju.
Berawal dari mulut ke mulut, jahitanku banyak sekali.. Membludak.. Sampai bajuku sendiri jarang aku perhatikan..
Uang jahitan dari teman-teman aku gunakan untuk membayar kursus.
Mungkin banyak pertanyaan dari teman-teman, kenapa kok memilih kerja sampingan sebagai penjahit? Mengapa tidak mengamalkan ilmu S1 dulu, membuka kursus atau jadi tutor di LBB?
Saya sudah membuka les untuk anak yang belum sekolah, TK, sampai SD kelas 6..
Tempat menjahit disebelah rumah ku yang aku gunakan untuk memberi les anak-anak dari jam 3 sampai jam 8..
Tapi semua itu tidak bisa dikomersilkan, karna aku hidup di desa.. Asas kekeluargaan dijunjung tinggi..
Aku dibayar dengan prestasi mereka dan dengan lambaian tangan mereka yang selalu semangat memanggil ku "Bu Iis..Bu Iis...Hey rek ada Bu Iis" jika aku lewat di depan mereka. Itu kepuasan tersendiri dan tidak ternilai. Biarlah aku dibayar dengan sejarah, sejarah tidak akan bisa luntur. Semoga namaku tetap ada di memorinya walau kini sudah tidak bersama lagi.




Semester dua aku mulai menaruh lamaran kerja diberbagai kampus swasta yang ada di Surabaya dan Sidoarjo dengan menggunakan surat keterangan aktif kuliah. Aku dapat surat balasan namun "Surat Penolakan Perekrutan Dosen". Bunyi suratnya itu bukan diterima tapi ditolak. Sakit kan? Sakit banget. Down? Iya saat itu saya sempat down, tapi saya berpikir rugi kalo saya down terlalu lama. Jahitan tetap ku kerahkan. Walau lelah itu kerap hinggap dalam tubuhku. Namun semangat dari Bu Us yang selalu membuatku untuk bangkit kembali.

Ada titik dimana saya merasa Tuhan tidak adil. Disaat teman-teman bisa pergi bebas ke mall, shopping dan lain sebagainya namun saya tidak mendapatkan kesempatan itu. Rutinitas harian saya berkutat dengan laptop, ke toko kain, toko benang. Hingga pegawai toko kain Lambang Jaya dan toko benang Hj. Hasim hafal dengan saya. Pernah hampir mau diambil mantu sama salah satu yang punya toko itu. Hehehehe (Maaf ya mas Amir)..

Saat menginjak semester tiga ada kabar baik, surat yang aku ajukan di kampus baru daerah Sidoarjo diterima. Ibu dan Bapak sujud syukur, begitu senang saat melihatku diterima kerja dan bisa menjadi dosen. Terus ku putar otak ini agar jahitan tetap jalan, kerja bisa optimal, PPL dan Tesis juga bisa maksimal. Akhirnya ku ajak ibu-ibu ditempat kursus untuk menjadi mitra kerjaku dalam mengelola bisnis "RJN (Rumah Jahit Nuu)"..
Ada sekitar 8 orang yang membantuku waktu itu. Hingga prof kisyani menjadi pelanggan setia jahitanku. Beliau sudah seperti ibu saya sendiri. Kasih sayangnya begitu tulus membimbing tesis ku. Beliau tau kalo aku bisa jahit dari icha dan hanip (temanku dan mahasiswa bimbingan prof kisyani). Saat acara wisuda anak bu kisyani di Belanda, beliau mendelegasikan ku untuk menjahit baju keluarga. Ya Allah, saya senang sekali waktu itu. Bersama tim ku, aku sajikan jahitan yang rapi (inysaallah).
Teman-teman juga kerap mempercayakan jahitan baju akad nikah mereka pada RJN. Seperti temanku Restu dari Ponorogo, Rani dari Jember, Bu Trisna dosen teknik kimia Unusida, dan juga mahasiswa ku Mbak Erika mahasiswa PGSD Unusida. Baju akad yang kerap dijaitkan biasanya bernuansa "elegan but syar'i". Saya senang bisa menjadi bagian dari acara besar mereka.
Bu Suryanti dosen Unesa yang menjabat sebagai Ketua Asosiasi Dosen PGSD se Indonesia dan Sekertaris Program PPG Unesa juga jadi pelanggan setia RJN. Beliau tau kalo saya bisa menjahit dari prof kisyani. Akhirnya beliau mendelegasikan jilbab bordir mahasiswa PPG Unesa sebanyak +/- 450 pcs pada ku.
 Ada kejadihan pahit saat mengantarkan jahitan ini ke gedung PPG di lantai tiga. Banyaknya jilbab, maka harus aku antar setengah-setengah karena tidak ada mobil yang bisa aku gunakan untuk sampai ke gedung PPG Unesa. Kendaraan yang aku pakai sepeda motor beat. Jilbab yang aku taruh di tengah sepeda motor tidak seimbang, akhirnya jatuh ke tengah jalan dan tertindas oleh mobil. Semuanya berantakan di tengah jalan. Bodyku yang kecil  ketakuatan melihat lalu lalang mobil dan ragu untuk mengambil jilbab itu. Warga surabaya amat baik, mereka membantu aku mengambil jilbab itu. Alhamdulillah aku selamat dan jilbab pun juga masih dalam kemasan rapi. Karna tiap pcs jilbab ku bungkus rapi dengan plastik pas. Dengan jalan berseok-seok ku antar naik ke lantai tiga melalui tangga. Bu Suryanti menyambutku dengan gembira karna pesanan jilbab sudah datang.
Yaa.. Saat itu saya sebagai mahasiswa sekaligus tukang jahit dan pengantar jahitan (delevery order).. hehe

***

Banyak kisah yang semuanya tidak bisa saya ceritakan satupersatu.
Hingga tepat tanggal 25 Juli 2015 itu saya dipanggil oleh Prof Warsono rektor Unesa dengan panggilan Nurul Istiq'faroh, M.Pd Cumloade dengan IPK 3,78.
Tangan saya gemetar, saya terharu..Saya bangga melihat wajah yang penuh rona gembira dari Ibu, Bapak, Adek, dan Alm. Pakde Pin yang turut serta hadir di acara wisuda itu.

Tanpa sengaja ku lihat sosok laki-laki yang duduk lima kursi di depanku.
Emmmm...Ni Orang..
Lihat aja, kan kan.. rame sendiri sama teman-temannya..
Biasanya aja sok cool..
Tapi emang ganteng sih..Hehe (Suara hati kecilku)
Yaaa? Tebak siapa orang itu..
Tepat sekali dia adalah Imam ku saat ini "Amirrudin Hadi Wibowo"
Ternyata kita wisuda bareng, yang saat itu aku belum mengenalnya dan hanya bisa mengamatinya dari jauh.
Aku tidak tau namanya, aku tidak tau siapa dia dan kerja apa.
Aku tidak tau kalo ternyata diruangan itu ada Ibu dan Ayahku, juga dek Puput.
Ajaibkan? Mungkinkah ini kado terselubung dariNya?
Dibalik kesedihan itu Allah menyiapkan kado terindah, kado yang akan terus menemaniku sampai dipengujung usiaku nanti.. Amin..
Coba saat itu kita sudah kenal, pasti kita selfie bareng ya sayang...Hehehe...

Inilah kisahku, semoga bisa menginspirasi.
Jangan pernah takut untuk bermimpi.
Malaikat akan mencatat setiap mimpi-mimpi kita, dan akan diajukan padaNya agar di ACC.
Secepatnya akan segera di ACC jika kinerja kita bagus dan sepadan dengan doa kita padaNya.
Kisah saya ini saya tuangkan dalam bentuk esai dengan judul "Sukses Terbesar dalam Hidupku" yang digunakan sebagai syarat pengajuan beasiswa Budi Dn (Beasiswa Unggulan Dosen Dalam Negeri) program Doktor di Universitas Negeri Yogyakarta.
Alhamdulillah saya lolos, selama study saya dapat bantuan dana dari tanah airku tercinta "Indonesia".
Tentunya semua ini tidak terlepas dari campur tangan Sang Maha Kuasa.
So, kata-kata mutiara "Gapailah cita-cita setinggi-tingginya" itu memang benar adanya.
Cita-cita lahir dari mimpi-mimpi kita.
Semangat berjuang bagi para pejuang dan selamat belajar bagi manusia pembelajar.
Salam sukses untuk kita semua. Totalitas Tanpa Batas!!!